KIMIA 1A 2014 KELOMPOK 6 : Arini Nurhidayah Khoirunisa, Bagus Suharyanto, Dalva Novela, Fitria Handayani.
Selasa, 21 Oktober 2014
Calibrating a Thermometer
Cara Kalibrasi Alat Ukur
Standar Operasional Prosedur (SOP) Kalibrasi Alat Laboratorium (Termometer)
Alat
yang diperlukan
Termometer terkalibrasi
disertai sertifikat.
Uji
Operasional
Semua alat
pengukuran harus dikontrol pada saat pertama beroperasi dan sesudah digunakan
paling sedikit satu kali pertahun dengan menggunakan thermometer terkalibrasi.
Pengujian harus dilakukan paling sedikit dengan satu nilai pada rentang temperature
dimana alat dioperasikan. Untuk pengukuran pada temperatur kamar misal alat
tersebut dicek pada 15 – 250C. suhu yang ditunjukkan oleh
masing-masing termometer dicek oleh termometer terkalibrasi, dimana
termometer-termometer tersebut dimasukkan kedalam lemari pendingin atau
penangas air (water bath), sampai temperatur yang ditunjukkan oleh masing-masing
termometer stabil paling sedikit dalam satu menit. Untuk pengukuran suhu udara
dengan menggunakan termometer, hal berikut dianjurkan untuk memperlambat
penunjukan suhu, tempelkan gabus atau kapas/wol pada ujung thermometer dan
biarkan termometer kira-kira 1 (satu) jam untuk mencapai temperature yang
diinginkan. Tergantung dari usilitas alat-alat pengukur maka kepala fasilitas
pengujian atau penanggung jawab peralatan harus menentukan apakah penyimpangan
temperature harus dicantumkan pada alat atau tidak.
Contoh pengujian
menggunakan pengukuran 2 (dua) nilai :
Catatan pada pengukuran alat (sebagai
koreksi)
- 0,3 pada 220C
- 0,2 pada 120C
Pada tanyangan menunjukkan : 19,70C
Temperatur yang sebenarnya adalah : ( tayangan - koreksi ) = ( 19,7 – 0,3 ) = 19,40C
Operasi
Pembacaan harus
dilakukan secepat mungkin, setelah alat dipindahkan / diangkat dari
area pengukuran. Pembacaan minimum /
maksimum yang tercatat dihapus (dengan menekan tombol) setelah
didokumentasikan.
Rentang kerja yang diijinkan
Deviasi yang diijinkan pada termometer minimum / maksimum
dari termometer kalibrasi, tidak boleh lebih dari 2,00C, deviasi
dari termometer biasa (normal) tidak boleh lebih dari 10C, jika
tidak ada nilai-nilai lainnya yang disimpan pada buku peralatan.
Pembersihan dan Perawatan
Sensor temperatur harus dibersihkan dengan solvent (pelarut)
dan dibersihkan dengan air bebas mineral / aquadest, setelah digunakan.
Dokumentasi
Test-test operasional harus dicatat sebagai lampiran dalam
buku peralatan (contoh:
Buku
peralatan kulkas). Sebagai suatu alternatif, buku terpisah dapat dipakai untuk
mencatat atas semua peralatan pengukur suhu yang terdapat di wilayah kerja
tertentu. Dalam kasus ini, peralatan yang dimaksud harus diberikan label yang
jelas. Selama test operasional, peralatan kalibrasi dan suhu terukur dan nilai
aktualnya (jika ada deviasinya) harus didokumentasikan berbarengan dengan
tanggal dan tanda tangan.
SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)
Selasa, 14 Oktober 2014
Rabu, 08 Oktober 2014
Asam Asetat Murni (CH3COOH) Material Safety Data Sheet (MSDS)
A. PENDAHULUAN
Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah kumpulan data
keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Panduan
ini sebagai informasi bagi tenaga kerja laboratorium dan tim Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3) dalam pengunaan bahan-bahan kimia berbahaya yang sering
digunakan dalam praktikum atau analisis. Informasi tersebut
diharapkan berguna untuk menumbuhkan naluri atau sikap mencegah, menghindari
dan mampu menanggulangi kecelakaan kimia yang mungkin terjadi, serta sikap kehati-hatian
dalam menangani bahan kimia berbahaya.
B. PENGERTIAN DAN KONSEP
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa
kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam
cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk
CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam
karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang
penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri
makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di
rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak
air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5
juta ton per
tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang,
sisanya diperoleh dari industri petrokimiamaupun
dari sumber hayati.
C. NAMA-NAMA ASAM ASETAT GLASIAL
1. Acetic Acid (glasial)
2. Asam metanoat
3. Azunzuur
4. Asam cuka (Vinegar)
5. Essigsaure
6. Acide acetque
7. Acidium aceticum
8. Ethanoic acid
D. PENAMAAN
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama
dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan
oleh IUPAC.
Nama ini berasal dari kata Latin acetum,
yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam
etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam
asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air
membentuk kristal mirip es pada 16.7 °C,
sedikit di bawah suhu ruang.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat
singkatan resmi bagi asam asetat
adalahAcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil,
CH3−C(=O)−. Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc,
meskipun banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh
disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium (Ac).
E. PRODUKSI
Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami
melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat
dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam
asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari
asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi
melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode
alternatif.
F. CARA PEMBUATAN ASAM ASETAT GLASIAL
1. Karbonilasi
Metanol
o Dalam reaksi ini, methanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat.
o Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, reaksi ini melalui tiga tahap, dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
o Dalam reaksi ini, methanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat.
o Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, reaksi ini melalui tiga tahap, dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
2. Oksidasi
Asetaldehida
o Asetaldehida yang digunakan dihasilkan
melalui oksidasi Butana atau Nafta ringan, ketika dipanaskan bersama udara
disertai dengan beberapa ion logam, terbentuk Peroksida yang selanjutnya
terurai menjadi Asam Asetat.
o Melalui kondisi dan katalis yang sama
asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat.
G. SIFAT FISIK DAN KIMIA
1. Bentuk : Cairan
2. Warna : Tidak berwarna
3. Bau : Tajam
4. Nilai pH (50g/l H2O) : (20oC) 2,5
5. Kekentalan Dinamik : (20oC) 1,22 mm2/s
6. Kekentalan Kinematik : (20oC) 1,77
7. Titik lebur : (17oC)
8. Titik didih : 116-118
9. Suhu penyalaan : 485oC
10. Titik nyala : 39oC
11. Batas ledakan : Lebih rendah 4 Vol%, lebIh
tinggi 19,9 Vol%
12. Tekanan uap : (20oC) 1,54 hPa
13. Densitas uap relatif : 2,07
14. Densitas : (20oC) 1,05 g/cm3
15. Kelarutan dalam air : (20oC) Dapat larut
16. Log Pow : -0,17
17. Faktor Biokonsentrasi : 1
18. Indeks Refraksi : (20oC) 1,37
H. PENYIMPANAN ASAM ASETAT GLASIAL
1. Jauhkan bahan dari nyala api.
2. Tutup wadah dengan rapat dan hati-hati
bila membuka tutup wadah.
3. Simpan dalam wadah yang kuat dan tahan bocor dalam ruangan yang berventilasi pada suhu diatas 16oC(titik beku).
4. Jauhkan dari bahan inkompatibel: Oksidator (Kromat, Permanganat, Perklorat, basa kuat seperti NaOH dan logam).
3. Simpan dalam wadah yang kuat dan tahan bocor dalam ruangan yang berventilasi pada suhu diatas 16oC(titik beku).
4. Jauhkan dari bahan inkompatibel: Oksidator (Kromat, Permanganat, Perklorat, basa kuat seperti NaOH dan logam).
5. Simpan dalam area terpisah dan disetujui.
6. Simpan wadah tertutup rapat dan disegel
sampai siap untuk digunakan.
7. Hindari semua sumber-sumber pengapian
(percikan atau api)
I. STABILITAS REAKTIFITAS
1. Kondisi yang harus dihindarkan yaitu
pemanasan.
2. Suhu < 0oC
3. Bahan yang harus dihindari: Beresiko
meledak dengan zat pengoksid.
4. Reaksi yang hebat dapat terjadi dengan
logam (Besi, Zinc, Magnesium)
5. Dinyatakan meledak dengan udara dalam uap
atu gas jika di panaskan.
J. IDENTITAS BAHAYA
1. Dapat terbakar.
2. Mengakibatkan luka bakar yang parah.
3. Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada
hidung dan tenggorokan.
4. Kadar yang tinggi dapat menyebabkan
peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan pada paru-paru.
5. Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan
kerusakan mata permanen.
6. Bila tertelan dapat menyebabkan gangguan
saluran usus.
K. BATAS PEMAPARAN YANG DIPERBOLEHKAN
Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu standar faktor bahaya di
tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat
menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu
Di Indonesia, menurut SNI 19-0232-2005 NAB Nilai Ambang
Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja ICS 13.040.30 Badan Standardisasi
Nasional (BSN), Nilai ambang batas untuk zat kimia Asam asetat (64-19-7)
mempunyai Bilai Ambang Batas sebesar 25 mg/m3 dan 10 bds (bagian dalam
sejuta).
L. INFORMASI TOKSIKOLOGI (POTENSI EFEK KESEHATAN)
1. Rute
masuk: Terserap melalui kulit. Dermal kontak. Kontak mata. Inhalasi.
Konsumsi.
2. Efek
jangka pendek (akut)
Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggookan. Kadar yang tinggi dapat menyebabkan peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan pada paru-paru. Jika terkena gas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh dengan kulit dapat menghasilkan luka bakar. Terhirup gas tersebut akan menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang pada mata ditandai dengan mata kemerahan, penyiraman, dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, merah pada kulit.
Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggookan. Kadar yang tinggi dapat menyebabkan peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan pada paru-paru. Jika terkena gas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh dengan kulit dapat menghasilkan luka bakar. Terhirup gas tersebut akan menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang pada mata ditandai dengan mata kemerahan, penyiraman, dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, merah pada kulit.
Efek Kesehatan Akut Potensi: Kulit: Sangat menjengkelkan dan
korosif. Menyebabkan gangguan pada kulit (memerah dan gatal, peradangan). Dapat
menyebabkan terik, kerusakan jaringan dan luka bakar. Mata: Sangat
menjengkelkan dan korosif. Menyebabkan iritasi mata, lakrimasi, kemerahan, dan
nyeri. Dapat menyebabkan luka bakar, penglihatan kabur, konjungtivitis,
kerusakan kornea dan konjungtiva dan permanen cedera. Penghirupan: Menyebabkan
iritasi saluran pernapasan parah. Mempengaruhi organ arti (hidung, telinga,
mata, rasa), dan darah. Dapat menyebabkan pneumonitis kimia, bronkitis, dan
edema paru. Eksposur parah dapat menyebabkan jaringan paru-paru kerusakan dan korosi
(ulkus) pada selaput lendir. Inhalasi juga dapat menyebabkan rhinitis, bersin,
batuk, menindas perasaan dalam nyeri dada atau dada, dyspnea, mengi, takipnea,
sianosis, air liur, mual, pusing, otot kelemahan. Tertelan: Cukup beracun.
Korosif. Menyebabkan gangguan saluran pencernaan (pembakaran dan rasa sakit
dari mulut, tenggorokan, dan perut, batuk, ulserasi, perdarahan, mual, kejang
abdomial, muntah, hematemesis, diare. Juga dapat mempengaruhi hati (gangguan
fungsi hati), perilaku (kejang-kejang, giddines, kelemahan otot), dan saluran
kemih sistem - ginjal (hematuria, Albuminuria, nephrosis, gagal ginjal akut,
nekrosis tubular akut). Juga dapat menyebabkan dispnea atau asfiksia. Juga
dapat menyebabkan syok, koma dan kematian.
3. Efek
Jangka panjang (kronis)
Iritasi pada hidung, tenggorokan, mata dan kulit, serta
dapat menimbulkan erosi pada gigi.Berbahaya jika terjadi terkena kulit,
tertelan, terhirup. Efek mutagenik: mutagenik untuk sel somatik mamalia,
mutagenik untuk bakteri dan ragi. Substansi mungkin beracun untuk ginjal,
mukosa, selaput, kulit, gigi. Jika terkena zat ini secara berkelanjutan dapat
merusak organ saraf. Terkena dalam waktu yang lama dengan zat tersebut
dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah,
menyebabkan iritasi saluran pernapasan, menyebabkan serangan infeksi bronkus.
Efek Kesehatan kronis Potensi : Paparan kronis melalui konsumsi dapat menyebabkan menghitam atau erosi pada gigi dan rahang nekrosis, faringitis, dan gastritis. Ini mungkin juga perilaku (mirip dengan akut konsumsi), dan metabolisme (berat badan). Paparan kronis melalui inhalasi dapat menyebabkan asma dan / atau bronkitis dengan batuk, dahak, dan / atau sesak napas. Hal ini juga dapat mempengaruhi darah (leukosit menurun count), dan sistem kemih (ginjal). Kontak kulit berulang atau berkepanjangan dapat menyebabkan penebalan, menghitam, dan cracking kulit. Efek mutagenik: mutagenik untuk sel somatik mamalia. Mutagenik untuk bakteri dan / atau ragi. Dapat menyebabkan kerusakan berikut organ: ginjal, selaput lendir, kulit, gigi. Dapat mempengaruhi materi genetik dan dapat menyebabkan efek reproduksi berdasarkan data hewan. Tidak ada data manusia ditemukan.
Efek Kesehatan kronis Potensi : Paparan kronis melalui konsumsi dapat menyebabkan menghitam atau erosi pada gigi dan rahang nekrosis, faringitis, dan gastritis. Ini mungkin juga perilaku (mirip dengan akut konsumsi), dan metabolisme (berat badan). Paparan kronis melalui inhalasi dapat menyebabkan asma dan / atau bronkitis dengan batuk, dahak, dan / atau sesak napas. Hal ini juga dapat mempengaruhi darah (leukosit menurun count), dan sistem kemih (ginjal). Kontak kulit berulang atau berkepanjangan dapat menyebabkan penebalan, menghitam, dan cracking kulit. Efek mutagenik: mutagenik untuk sel somatik mamalia. Mutagenik untuk bakteri dan / atau ragi. Dapat menyebabkan kerusakan berikut organ: ginjal, selaput lendir, kulit, gigi. Dapat mempengaruhi materi genetik dan dapat menyebabkan efek reproduksi berdasarkan data hewan. Tidak ada data manusia ditemukan.
4. Keracunan
untuk Hewan:
PERINGATAN : LC50 ATAS NILAI TERTERA DI BAWAH INI ADALAH
ESTIMASI BERDASARKAN Sebuah SAMBUNGAN 4-JAM. Oral akut toksisitas (LD50): 3310
mg / kg [Tikus]. Toksisitas kulit akut (LD50): 1060 mg / kg [Kelinci].
Toksisitas akut dari uap (LC50): 5620 1 jam [mouse].
5. Efek
lain Beracun pada Manusia : Sangat berbahaya jika terjadi inhalasi (korosif
paru). Sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), menelan. Berbahaya
jika terjadi kontak kulit (korosif, permeator), kontak mata (korosif).
M. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA
1. Mata
Jika terkena mata segera siram dengan air bersih yang banyak
dan mengalir sekurang-kurangnya selama 10 menit. kemudian hubungi petugas medis
segera.
2. Kulit
Jika terkena kulit, segera basuh kulit dengan air yang
banyak dan mengalir sedikitnya selama 15 menit. Olesi dengan Polyethylene
Glycol atau dapat menghubungi perawatan medis dengan segera. Jika terkena
pakaian, segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi
3. Terhirup
Jika terhirup, segera cari tempat yang mengandung udara
bersih dan segar. Jika pingsan, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas,
berikan oksigen. Dapatkan medis perhatian segera.
4. Tertelan
Diusahakan untuk tidak memuntahkannya kecuali bila
diarahkan oleh petugas medis. Berikan air minum yang banyak. Jangan pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang pingsan. Longgarkan pakaian
yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan
bantuan medis jika gejala muncul.
N. KEBAKARAN DAN CARA PENCEGAHANNYA
1. Asam asetat pekat bersifat korosif dan
karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat
menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen,
serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi
tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak
melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini perlu
digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat
pekat juga dapat terbakar dilaboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah
terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan dapat membentuk
campuran yang mudah meledak di udara (ambang
ledakan: 5.4%-16%)Resiko yang khusus, mudah menyala, uap lebih berat dari
pada udara.
2. Uap asam asetat memungkinkan membentuk
ledakan campuran dengan udara.
3. Reaksi antara asam asetat dan bahan-bahan
seperti 5-azidotetrazole, pentafluoride brom, kromium trioksida, hydrogen
peroksida, kalium permanganate, atrium peroksida dan triklorida phorphorus.
4. Tindakan pencegahan kebakaran dapat
dilakukan dengan cara media yang cocok untuk pemadaman air, CO2, busa, Powder
dan apabila memadamkan dengan air, cegahlah air pemadam kebakaran memasuki
permukaan air tanah karena mengandung uap yang keluar dari air.
O. TINDAKAN TERHADAP TUMPAHAN DAN KEBOCORAN
1. Tumpahan
kecil
Encerkan dengan air dan mengepel atau menyerap dengan bahan
inert dan tempat kering dalam wadah pembuangan limbah baik. Jika diperlukan
menetralisir residu dengan larutan encer natrium karbonat.
2. Tumpahan besar
2. Tumpahan besar
o Mudah terbakar cair, korosif cair. Jauhkan
dari panas. Jauhkan dari sumber api. Hentikan kebocoran jika tanpa resiko.
o Jika produk dalam bentuk padat, gunakan
sekop untuk menaruh materi ke dalam wadah pembuangan limbah nyaman.
o Jika produk dalam bentuk cair:
§ Menyerap dengan bumi kering, pasir atau non
materi yang mudah terbakar.
§ Jangan sampai air dalam container.
§ Menyerap dengan bahan inert dan menempatkan
bahan yang tumpah dalam pembuangan limbah yang baik.
§ Jangan menyentuh bahan tumpah.
§ Gunakan air semprot tirai untuk menglihkan
melayang uap.
§ Mencegah masuk ke dalam selokan, ruang bawah
tanah atau daerah terbatas. Tanggul jika diperlukan.
§ Memnta bantuan bila dibuang.
§ Menetralisir residu dengan larutan encer
natrium karbonat.
§ Perlindungan pribadi dalm kasus tumpahan besar dapat menggunakan splash kacamata, uap respirator, boots, sarung tangan dan sebuah alat bernafas mandiri contained harus digunakan untuk menghindri inhalasi produk.
§ Perlindungan pribadi dalm kasus tumpahan besar dapat menggunakan splash kacamata, uap respirator, boots, sarung tangan dan sebuah alat bernafas mandiri contained harus digunakan untuk menghindri inhalasi produk.
P. TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
§ Jauhkan dari api dan sumber api.
§ Jangan ditelan. Jika tertelan, segera dapatkan
saran medis dan tunjukan wadah atau label.
§ Pribadi perlindungan: Menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) berupa splash kacamata, sintetis celemek, uap respirator,
masker, boots, sarung tangan dan sebuah alat bernafas mandiri contained harus
digunakan untuk menghindri inhalasi produk. Pastikan untuk menggunakan
respirator yang disetuju/bersertifikat/setara. Sarung tangan (Tahan).
§ Tahan nafas jika berhadapan dalam bentuk
gas/asap/uap/semprotan.
§ Jangan pernah menambahkan air pada produk ini.
Dalam hal ventilasi cukup, pakai pernapasan yang sesuai eralatan.
§ Hindari kontak dengan kulit dan mata.
§ Jauhkan dari incompatibles seperti agen
oksidasi, mengurangi agen logam, asam, alkali.
§ Rekayasa kontrol: sediakan ventilasi pembuangan
atau kendali teknik lain.
Q. PEMBUANGAN LIMBAH
Metode pembuangan limbah:
1. Buanglah
sesuai dengana semua yang berlaku federal, Negara dan peraturan local.
2. Selalu
kontak pemelihara limbah diizinkan (TSP) untuk memastikan kepatuhan.
R. MANFAAT DAN KEGUNAAN
Asam asetat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan
manusia,tidak hanya itu asam asetat juga berperan dalam perindustrian dan
kesehatan, yaitu:
1. Dalam industri makanan
asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman, pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan, serta untuk menambah rasa sedap pada masakan.
2. Asam asetat digunakan
sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian
besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi
monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
3. Selain itu asam asetat
juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam
asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil. Sekitar larutan
12,5% untuk makanan.
4. Reagen untuk analisa.
5. Untuk membuat putih
timbal, dll.
SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)
Langganan:
Postingan (Atom)