Sabtu, 20 September 2014

Penanganan Kebakaran dan Alat Pemadam di Laboratorium Kimia

Bekerja di sebuah laboratorium jelas tak bisa lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran. Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium membuat dan menciptakan suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu dipahami pula bagaimana proses terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran. Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.


                                                                    Segitiga Api

Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.

Sedangkan mengenai sumber panas bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
  1. Sumber Api Terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti : masak, las, dll. 
  2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti : setrika, atau karena adanya korsleting. 
  3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif seperti : peti. 
  4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda, memaku, dll.
  5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air.

Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya elemen ke empat. Inilah yang biasa dinamakan tetrahidral api seperti gambar diatas.

Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar antara lain :
  • Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb. 
  • Kelas B : Benda cair seperti minyak tanah, bensin, solar, tinner, gas elpiji, dsb. 
  • Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya. 
  • Kelas D : Kebakaran khusus seperti besi, aluminium, konstruksi baja.
Tipe Kebakaran : 


Bagaimana caranya untuk memadamkan api? 
 
Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu dipahami segitiga api seperti yang telah diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll. Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain karbon dioksida, Bahan Kimia kering multiguna dan bubuk kering. Dari beberapa macam alat pemadam api tersebut masing‐masing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.

 
Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Media Alat Pemadam, Karakteristik dan Sifat Pemadamannya

 
1. Hydrospray
 

Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang.

2. Drychemical Powder
 

Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A, B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis bubuk kering antara lain :
  • Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar. 
  • Menahan radiasi panas. 
  • Bukan penghantar arus listrik. 
  • Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api). 
  • Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.
  • Tidak berbahaya. 
  • Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.
  • Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
  • Sekali pakai pada tiap kejadian.

3. Gas Cair Hallon Free /AF 11 / Halotron 1
 

Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain :
  • Bukan penghantar listrik
  • Tidak merusak peralatan 
  • Non Toxic (tidak beracun)
  • Bersih tidak meninggalkan bekas.
  • Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
  • Penggunaan yang multi purpose (semua kelas kebakaran)
  • Bisa digunakan berulang-ulang 
  • Lebih tepat digunakan di dalam ruang

4. Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C. Sifat-sifatnya antara lain :

         Bersih tidak meninggalkan bekas.
         Non Toxic ( tidak beracun ).
         Bukan penghantar listrik.
         Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
         Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar.
         Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.
         Tekanan kerja sangat besar.

5. Racun Api Busa
 

Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.

6. Fire Sprinkler System

Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar.
 
8. Hydrant
 

Digunakan untuk jenis api kelas A dan B.


Secara ringkas, penggunaan media racun api berdasarkan klasifikasi bahan terbakar :


Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan Persyaratan dan Cara Pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) antara lain :
  • Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.
  • Jarak jangkauan maksimum 15 m.
  • Tinggi pemasangan maksimum 125 cm.
  • Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
  • Diperiksa secara berkala.
  • Bisa diisi ulang (Refill).
  • Kekuatan konstruksi terstandar.

Fasilitas yang harus dipunyai oleh laboratorium :
  • APAR 
  • Tangga darurat 
  • Ada sistem alarm seperti Heat detector, Smoke detector dan Flame detector (lidah api) 
  • Hydrant (Box hydrant) 
  • Baju tahan panas pelindung kerja lengkap tahan api 
  • Pintu tahan Api 
  • Jumping sheet 
  • Penangkal petir
Perhatikan juga jika masuk ke laboratorium atau gedung manapun, cobalah lihat dan cari tanda arah evakuasi ataupun pintu darurat. Biasanya ditunjukkan dengan papan nama 'pintu darurat' atau "exit" seperi gambar ini :


Usaha Preventif  Tanggap Kebakaran
  • Penyuluhan dan pelatihan tentang pemadam kebakaran 
  • Adanya SOP cara pengoperasian pada tabung pemadam 
  • Pastikan listrik/api telah padam sebelum meniggalkan laboratorium 
  • Usahakan bak kamar mandi selalu penuh

Bagaimana cara pelaksanaan pemadaman?
  • Selalu siap mental dan jangan panik 
  • Perhatikan arah angin (dengan melihat lidah api) 
  • Membelakangi arah angin menghindar dari sisi lain 
  • Semprotkan/arahkan pada sumber api 
  • Harus tau jenis benda yang terbakar 
  • Usahakan mengatur dan menahan nafas

Prosedur emergensi evakuasi seperti berikut :
  • Bunyikan / tekan alarm terdekat 
  • Keluar lewat pintu terdekat 
  • Berkumpul ditempat yang berjarak minimal 30 meter dari sumber kebakaran 
  • Beritahu petugas emergensi mengenai orang-orang yang ada didalam 
  • Beritahu petugas emergensi mengenai alasan pengosongan ruangan
  • Jangan masuk kedalam gedung lagi sampai dijinkan oleh yang berwenang

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)

Jumat, 19 September 2014

Alat Pelindung Diri di Laboratorium Kimia

Alat-alat yang digunakan para pengguna ketika bekerja di dalam laboratorium disebut alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing protection) yang melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker dengan filter yang menyerap dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang memberikan perlindungan pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia. Disini akan dibahas beberapa alat-alat yang digunakan para pengguna laboratorium tersebut, diantaranya :

      1.   Perlindungan Mata

Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung mata. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri dari:
            • Kacamata pelindung atau kacamata Safety
• Faceshield
• Visor
            • Goggle
                                                                                                                                                      2. Perlindungan Kepala


Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung kepala. Hal ini dimaksud untuk melindungi kepala dari kecelakaan laboratorium seperti terbentur oleh benda-benda yang terjatuh atau terlempar, resiko kepala kejeduk, rambut terlilit, dan lain-lain. Contoh alat pelindung kepala adalah helem pengaman.

      3.  Perlindungan Wajah



Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung wajah. Hal ini dimaksud untuk melindungi wajah dari kecelakaan kerja seperti terkena percikan bahan-bahan kimia atau kecelakaan lainnya. Pelindung wajah ini merupakan pelindung yang berbeda dari yang lain karena pelindung ini hampir sama dengan pelindung mata tetapi lebih spesial (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser). Selain itu pelindung mata ini juga ada yang berbentuk seperti tameng yang biasa dipakai para pekerja di bengkel ketika sedang mengelas.

       4. Perlindungan Tubuh

Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung tubuh. Hal ini dimaksud untuk melindungi tubuh dari tumpahan bahan kimia atau api sebelum mengenai kulit pemakainya. Selain itu, pelindung tubuh ini juga melindungi tubuh dari temperatur yang ekstrim, cuaca buruk, bahan kimia atau serpihan metal, semprotan dari tekanan yang bocor, tabrakan atau tertusuk, kontaminasi debu, dan lain-lain. Secara umum pelindung tubuh terdiri dari :
• Boiler suits
• Specialist protective clothing
• Eg chain-mail aprons
• High-visibility clothing
• Jas laboratorium
• Jumpsuits
• Apron

      5.  Perlindungan Kaki


Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung kaki. Hal ini dimaksud untuk melindungi kaki dari basah, electrostatic build-up, terpeleset, terpotong dan tertusuk, benda berjatuhan, percikan zat kimia dan besi, abrasi. Secara umum alat perlindungan pada kaki terdiri dari :
     • Sepatu dan bot safety dengan pelindung jari kaki dan telapak sepatu yang anti tusuk
     • Celana panjang

      6. Perlindungan Tangan


Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung tangan. Hal ini dimaksud untuk melindungi tangan dari memar, temperatur yang ekstrim, terpotong dan tertusuk, terbentur atau terpukul, zat kimia, tersetrum, infeksi kulit, sakit atau kontaminasi. Secara umum pelindung tangan terdiri dari :
            • Gloves
• Gauntlets
• Mitts
• Wristcuffs
• Armlets

     7. Perlindungan Pernafasan

Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung hidung atau pernafasan. Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti. Secara umum alat perlindungan pada hidung atau pernafasan adalah :
     • Masker atau respirator pakai buang
     • Full atau half respirator
     • Breathing apparatus

      8. Perlindungan Pendengaran


Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung telinga atau pendengaran. Hal ini dimaksud untuk menjaga dan melindungi telinga dari bahan-bahan kimia atau serpihan agar tidak masuk ke dalam telinga pemakai. Selain itu menjaga gendang telinga pemakai dari kebisingan agar tidak merusak gendang telinganya. Alat yang digunakan adalah sejenis penutup telinga yang lumayan empuk, dalam artian tidak keras sehingga nyaman dipakai, menyerupai earphone atau headset.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)

Selasa, 16 September 2014

Material Safety Data Sheet




Section #1 Chemical Product and Company Identfication
Bagian 1 lembaran MSDS berisi informasi mengenai nama produk, nomor katalog, nama kimia, asal pabrik, dan nomor telepon dalam keadaan darurat yang dapat dihubungi
Section #2 Composition, Information on Ingredients
Bagian 2 lembaran MSDS berisi informasi mengenai nama kimia, kadar kandungan senyawa, simbol bahaya, dan golongan resiko
Section #3 Hazards Identification
Bagian 3 lembaran MSDS berisi informasi mengenai penampakan secara fisik, potensi bahaya terbesar yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia. Organ-organ yang dapat terkena resiko dan jenis bahaya yang ditimbulkan juga dijelaskan pada bagian ini.
Section #4 First Aid Measures
Bagian 4 lembaran MSDS berisi informasi mengenai tindakan pertama yang harus dilakukan apabila menjumpai bahaya seperti ini. Contoh pada mata: jika mata terkena bahan kimia yang bersangkutan, maka segera diguyur dengan air selama paling sedikit 15 menit.
Section #5 Fire Fighting Measures
Bagian 5 lembaran MSDS berisi informasi mengenai alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan bahan kimia ini. Alat pemadan kebakaran yang sesuai misalnya bahan kimia kering (dry chemical), karbondioksida padat, atau busa (foam)
Section #6 Accidental Release Measures
Bagian 6 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai tata cara atau prosedur yang harus diikuti untuk menghindarkan bahan kimia setelah terjadi kecelakaan, meliputi pembersihan dari tumbahan, peralatan keselamatan kerja yang harus dikenakan oleh petugas, dan lain-lain
Section #7 Handling and Storage
Bagian 7 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai prosedur penyimpanan dan penanganan. Informasi ini sangat penting berkaitan dengan setiap saat petugas berinteraksi dengan bahan kimia ini. Informasi meliputi apakah bahan kimia ini mudah terbakar, resiko meledak, resiko membentuk senyawa peroksida, dan lain-lain
Section #8 Exposure Controls, Personal Protection
Bagian 8 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai peraturan standar ambang batas maksimum di lingkungan serta peralatan khusus yang digunakan oleh seseorang yang bekerja dengan bahan kimia tersebut
Section #9 Physical and Chemical Properties
Bagian 9 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai sifat-sifat fisika dan kimia dari bahan kimia. Sifat-sifat ini meliputi wujud bahan dalam temperatur kamar, penampakan fisik, bau, pH, tekanan uap pada temperatur kamar, kekentalan, titik leleh, suhu dekomposisi, kelarutan, massa molekul relatif, dan rumus molekul
Section #10 Stability and Reactivity
Bagian 10 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai stabilitas dan reaktivitas bahan kimia. Kondisi-konsisi agar bahan stabil, dan kondisi-kondisi yang harus dihindari, serta bahan-bahan lain yang tidak boleh bercampur dengannya
Section #11 Toxicological Information
Bagian 11 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai toksikologi. Informasi mengenai apakah bahan kimia ini bersifat karsinogenik (memicu pertumbuhan sel-sel kanker), epidemi, mutagenik, dan lain-lain
Section #12 Ecological Information
Bagian 12 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai efek bahan kimia terhadap lingkungan. Informasi meliputi toksisitas terhadap lingkungan, daya penguapan, pencucian, dan degradasi oleh makhluk hidup yang lain
Section #13 Disposal Considerations
Bagian 13 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembuangan. Pada umumnya informasi yang diberikan tidak cukup rinci
Section #14 Transport Information
Bagian 14 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai transport informasi, yaitu nomor pengiriman, klasifikasi bahaya, klasifikasi tata cara pengepakan, dan lain-lain
Section #15 Regulatory Information
Bagian 15 lembaran MSDS berisikan informasi mengenai regulasi. Berisikan juga kode bahaya yang mengindikasikan bahaya prinsip berkaitan dengan bahan kimia, dan penyebab bahaya ketika bekerja dengan bahan tersebut
Section #16 Additional Information
Bagian 16 lembaran MSDS berisikan informasi tambahan, seperti tanggal penerbitan MSDS, nomor revisi dokumen, tanggal revisi, daftar referensi, dan informasi lain yang bermanfaat.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)