Sabtu, 20 September 2014

Selamat Menyaksikan :"(


Cara Penyimpanan Zat / Bahan Kimia

Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya yang banyak, bahan kimia juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang cukup tinggi. oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan bahan-bahan kimia diantaranya: wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat, label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat tersebut menguap.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Semua bahan harus diberi label secara jelas, dan untuk larutan harus dicantumkan tanggal pembuatannya.
Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari zat tersebut (padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan Basa), sifat bahaya zat (korosif, mudah terbakar, racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan. Sistem penyimpanan bahan-bahan kimia didasarkan pada bahan yang sering dipakai, bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai laboratorium, bahan yang berbahaya/racun, dan jumlah bahan yang dsimpan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat laboratorium, sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:

1.    Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2.    Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
3.    Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan daam botol gelap dan
       diletakkan dalam lemari tertutup.
4.    Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam botol
       berwarna bening.
5.    Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
6.    Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing bahan.
7.    Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar. Pengambilan bahan kimia dari
       botol secukupnya saja sesuai kebutuhan, dan sisa bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan
       dikembalikan ke dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk.

Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang baik adalah di ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Umumnya bahan kimia disimpan berdasarkan kelompoknya seperti rak atau lemari tempat menyimpan bahan padat, bahan cair, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam lemari tertutup, sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam rak terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuannya agar bila terjadi ketidakberesan mudah untuk diketahui. Tempat penyimpanan bahan cair seperti asam, kloroform sebaiknya di simpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya dapat disimpan dalam lemari tersendiri. Tujuannya bila terjadi kebocoran maka gas dapat langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Untuk lebih jelas berikut akan dibahas syarat-syarat dalam penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium:

1. Bahan mudah terbakar

Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena benda panas, terkena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) akan terbakar sendiri jika terkena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi menjadi 3 golongan:
    a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfide (CS2), eter                
        (C2H5OC2H5), benzena (C5H6), aseton (CH3COCH3).
    b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH),
        methanol (CH3OH).
    c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak lampu),        
        terpentin, naftalena, minyak baker.

Syarat penyimpanan:
    Ø   Temperatur dingin dan berventilasi,
    Ø   Tersedia alat pemadam kebakaran,
    Ø   Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.

2. Bahan mudah meledak

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ (E) dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:
       a. Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi dan                      hidrokarbon
       b. Karena ada gas-gas
       c. Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat            
           menimbulkan ledakan dahsyat
       d. Karena adanya pelarut mudah terbakar.
       e. Karena ada peroksida.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauhkan dari panas dan api
   Ø    Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan adalah:
   ·    Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
   ·    Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
   ·    Klorat dengan asam sulfat
   ·    Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
   ·    Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
   ·    Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
   ·    Nitrat dengan eter
   ·    Halogen dengan amoniak
   ·    Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
   ·    Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)

3. Bahan beracun

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin, sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauh dari bahaya kebakaran
   Ø    Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
   Ø    Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
   Ø    Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan

4. Bahan korosif

Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive (C)” adalah merusak jaringan hidup. Contoh asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Wadah tertutup dan beretiket
   Ø    Dipisahkan dari zat-zat beracun

5. Bahan Oksidator

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ”oxidizing (O)“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu).

Syarat penyimpanan:
   Ø    Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
   Ø    Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6. Bahan reaktif terhadap air

Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
   Ø    Jauh dari sumber nyala api atau panas
   Ø    Bangunan kedap air
   Ø    Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan reaktif terhadap asam

Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
   Ø    Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hydrogen
   Ø    Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

8. Gas bertekanan

Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
   Ø    Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
   Ø    Jauh dari api dan panas
   Ø    Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan. Penyimpanan bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan bahan.
Sumber-sumber kerusakan yang disebabkan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya meliputi:

1.    Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan.

2.    Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya
Usahakan semua bahan kimia dalam keadaan kering dan harus disimpan dalam tempat yang kering. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam yang sifatnya gas seperti asam klorida bersama udara akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam.

3.    Suhu/temperatur
Pengaruh temperatur akan menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia dan dapat mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga mengakibatkan hal yang serupa.

4.    Mekanik
Bahan-bahan kimia yang harus dahindari dari benturan maupun tekanan yang besar adalah bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).

5.    Cahaya/Sinar
Sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Seperti larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat.

6.    Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga yang dikenal dengan “segitiga api”. Komponen itu adalah adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar), adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Untuk menghindari terjadinya kebakaran salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya.

7.    Sifat bahan kimia itu sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)

Cara Mengatasi Tumpahan Bahan Kimia

Asam Anorganik 

Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaHCO3 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 (1:1). Campur dan bila perlu tambah air agar membentuk slurry. Buang slurry tersebut ke dalam bak pembuangan air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Tambahan pada asam sejumlah besar campuran NaOH dan Ca(OH)2 agar netral. Buang campuran tersebut ke dalam air yang sedang mengalir. Contoh: asam klorida, asam fluoride, asam nitrat, asam posfat, dan asam sulfat.

Basa Alkali dan Amonia 

Penanganan Bahan Tumpahan
Encerkan dengan air dan netralkan dengan 6M HCl, serap dengan kain atau pindahkan pada suatu wadah untuk dibuang.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan. Buang dalam pembuangan air basa. Contoh: amonia anhidrat, kalsium hidroksida, dan natrium hidroksida.

Bahan Kimia Oksidator 

Penanganan Bahan Tumpahan
Tumpahan zat padat atau cairan ditutup atau dicampur dengan reduktor seperti garam hipo, bisulfit, dan ferosulfat yang ditambah sedikit 3M asam sulfat. Pindahkan dalam suatu wadah dan netralkan sebelum dibuang lewat bak air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit, atau ferosulfat yang ditambah H2SO4). Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH atau HCl. Buang dengan banyak air. Contoh: amonium dikromat, amonium perklorat, amonium persulfat, dan asam perklorat.

Bahan Kimia Reduktor

Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup atau campur dengan NaHCO3. Biarkan reaksi selesai dan pindahkan ke dalam suatu wadah. Tambahkan kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2 perlahan-lahan. Tambahkan air dan biarkan reaksi selesai. Encerkan dan netralkan sebelum dibuang ke dalam air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Gasa (seperti SO2) : Alirkan ke dalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit.
Padat : Campur dengan NaOH (1:1), tambah air sampai membentuk slurry.
Tambahakan kalsium hipolorit dan air serta biarkan selama 2 jam. Netralkan sebelum dibuang ke dalam pembuangan air.
Contoh : natrium bisulfat, natrium nitrit, natrium sulfite, dan belerang oksida.

Sianida dan Nitril

Penanganan Baham Tumpahan
Sianida : serap cairan pada kertas bekas/tissue. Upakan dalam lemari asam dan bakar atau pindahkan ke dalam wadah gelas dan basahkan dengan NAOH dan aduk ke dalam slurry tambahan ferosulfat
berlebih. Setelah satu jam, dibuang ke dalam pembuangan air.
Nitril : Tambah NaOH berlebih dengan Ca(OCl)2 untuk membentuk sianat. Pindahkan ke wadah gelas dan buang kedalam pembuangan air setelah 1 jam bereaksi.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan  
Sainida : tambahkan bahan kedalam larutan basa dan kalsium hipoklorit berlebih. Biarkan 24 jam dan buang kedalam pembuangan air.
Nitril : tambahkan ke dalam NaOH alcohol untuk membentuk sianat, setelah 1 jam, uapkan alcohol. Tambah ke dalam residu sianat sejumlah larutan basa kalsiumhipoklorit berlebih. Setelah 24 jam buang kedalam pembuangan air.

Asam Organik

Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaOH atau NaHCO3. campur dan tambah air bila perlu. Pindahkan slurry untuk dinentralkan dan dibuang dalam bak pembuangan air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Bahan berupa cair atau padat dilarutkan kedalam pelarut organic yang mudah terbakar. Bakar dalam insenerator.
Contoh : asam asetat, asam benzoate, asam sitrat, asam formiat, asam oksalat,dan asam stearat.

Halida Asam Organik 

Pembuangan Bahan Tumpahan
Tutup dengan NaHCO3 dan pindahkan kedalam beaker glass serta tambah dengan air. Biarkan sebentar dan buang bersama dengan sejumlah air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Campurkan dengan NaHCO3 dalam wadah gelas atau plastik dan tambahkan air dalam jumlah banyak sambil diaduk. Buang kedalam bak air diikuti dengan banyak air.
Contoh : asetil bromide, asetil klorida, dan benzoil klorida

Aldehida

Penanganan Bahan Tumpahan
Sedikit : serap pada tissue dan uapkan dalam lemari asam serta bakar.
Banyak : tutup dengan NaHSO3, tambah air dan aduk. Pindahkan ke dalam beaker glass dan biarkan selama 1 jam. Buang dengan air dalam jumlah banyak.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Serap kedalam adsorbent, bakar secara terbuka atau dalam insenerator
2.Larutkan dalam aseton atau benzena, bakar dalam insenerator.
Contoh: asetadehida, akrolein, benzaldehida, kloral, formaldehida, furfural, dan paraldehida.

Halide Organic dan Senyawa

Penanganan Bahan Tumpahan
Hindarkan sumber api. Absorpsi kedalam kertas tisu. Masukan kedalam wadah gelas atau besi. Uapkan kedalam lemari asam dan bakar. Cuci wadahnya dengan sabun.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Tuangkan kedalam NaHCO3 atau campurkan pasir dengan NaOH aduk baik-baik dan pindahkan kedalam insenerator
2.Larutkan kedalam pelarut organik mudah terbakar (aseton, benzene). Bakar dalam insenerator.
Contoh : aldrin, klordan, dieldrin, lindane, tetraetilead, dan vinilklorida.

Asam Organik Tersubstitusi

Penaganan Bahan Tumpahan
Tutup tumpahan bahan dengan NaHCO3, pindahkan kedalam beaker glass dan tambah air. Biarkan reaksi selesai dan buang ke dalam bak air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Tuangkan kedalam NaHCO3 berlebihan. Campurkan dan tambahkan air. Biarkan 24 jam setelah itu secara perlahan-lahan buang bersama sejumlah air, atau
2.Tuangkan kedalam absorben. Tutup dengan sisa kayu atau kertas, siram dengan alkohol bekas dan bakar, atau
3.Larutkan kedalam pelarut mudah terbakar atau sisa alkohol. Bakar dalam insenerator.
Contoh : asam benzene sulfonat, asam kloroasetat, asam trikloroasetat, dan asam fluoroasetat.

Amin Aromatik Terhalogensi dan Senyawa Nitro

Penanganan Bahan Tumpahan
Serap dengan kertas tisu. Uapkan dalam lemari asam dan bakar. Tumpahan dalam jumlah banyak dapat diserap dengan pasir + NaHCO3. Campur dengan potongan kertas dan bakar dalam insenerator.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Sepeti pada tumpahan banyak, atau
2.Dibakar langsung dengan insenerator dengan scrubber, atau
3.Campurkan dengan pelarut mudah terbakar (alcohol, benzene) dan bakar dalam insenerator 
Contoh : dinitroanilin, endrin, metal isosianat, nitro benzene, dan nitro fenol
 
Senyawa Amin Aromatik

Penanganan Bahan Tumpahan
Sedikit : serap dalam kertas tisu atau kertas biasa. Biarkan menguap dalam lemari asam, sisanya dibakar.
Banyak : tutup dengan campuran pasir dan NaOH. Aduk dan campur dengan potongan-potongan kertas dan bakar dalam insenerator.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Dapat dilakukan seperti pada tumpahan banyak.
2.Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alcohol, benzene) dan bakar dalam insenerator.
Contoh : aniline, benzidine (karsinogenik), dan pyridine.

Posfat Organik dan Senyawa Sejenis

Penaganan Bahan Tumpahan
saring dalam kertas tisu atau kertas bekas dan bakar.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Bakar langsung kedalam insenerator setelah dicampurkan dengan pasir dan dibasahi dengan pelarut organic yang mudah terbakar.
2.Campur dengan kertas bekas dan bakar insenerator dengan scrubber alkali.
Contoh: malation, metal parathion, parathion, dan tributilposfat.

Eter

Penaganan Bahan Tumpahan
Hilangkan semua sumber api. Serap eter kedalam tisu / kertas bekas. Uapkan sampai kering didalam lemari asam. Setelah uap hilang semua, kertas dibakar.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Siramkan ke atas tanah yg terbuka. Biarkan proses penguapan dan bakar jarak jauh, dengan amat hati-hati, atau
2.Larutkan dalam alkohol lebih tinggi (butyl alcohol), benzene atau petroleum eter. Bakar dalam insenerator.

Perhatian
Eter yang sudah lama dapat mengandung peroksida yang dapat meledak. Oleh karna itu,dalam penanganannya botol-botol tersebut harus dimasukan dalam silinder pelindung yang dapat menahan bila terjadi peledakan.
Contoh : anisole, etil eter, dan metil eter 
 
Hidrokarbon, Alkohol, dan Ester

Penaganan Bahan Tumpahan
Bahan cairan diserap kedalam kertas. uapkan dalam lemari asam. dan bakar kertasnya. Bahan padatan ditaruh diatas kertas. Bakar dalam lemari asam.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Campurkan bahan berupa cairan dengan pelarut yang lebih mudah terbakar. dan bakar cairan insonerator. Bahan berupa padatan dibakar bersama kertas dalam insonerator. Atau bahan padat dilarutkan dalam pelarut mudah terbakar dan dibakar dalam insenerator.
Contoh : antrasena, benzene, crude oil (minyak mentah), sikloheksan, fenol, toluene, dan metal akrilat.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)

Penanganan Kebakaran dan Alat Pemadam di Laboratorium Kimia

Bekerja di sebuah laboratorium jelas tak bisa lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran. Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium membuat dan menciptakan suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu dipahami pula bagaimana proses terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran. Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.


                                                                    Segitiga Api

Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.

Sedangkan mengenai sumber panas bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
  1. Sumber Api Terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti : masak, las, dll. 
  2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti : setrika, atau karena adanya korsleting. 
  3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif seperti : peti. 
  4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda, memaku, dll.
  5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air.

Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya elemen ke empat. Inilah yang biasa dinamakan tetrahidral api seperti gambar diatas.

Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar antara lain :
  • Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb. 
  • Kelas B : Benda cair seperti minyak tanah, bensin, solar, tinner, gas elpiji, dsb. 
  • Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya. 
  • Kelas D : Kebakaran khusus seperti besi, aluminium, konstruksi baja.
Tipe Kebakaran : 


Bagaimana caranya untuk memadamkan api? 
 
Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu dipahami segitiga api seperti yang telah diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll. Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain karbon dioksida, Bahan Kimia kering multiguna dan bubuk kering. Dari beberapa macam alat pemadam api tersebut masing‐masing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.

 
Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Media Alat Pemadam, Karakteristik dan Sifat Pemadamannya

 
1. Hydrospray
 

Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang.

2. Drychemical Powder
 

Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A, B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis bubuk kering antara lain :
  • Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar. 
  • Menahan radiasi panas. 
  • Bukan penghantar arus listrik. 
  • Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api). 
  • Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.
  • Tidak berbahaya. 
  • Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.
  • Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
  • Sekali pakai pada tiap kejadian.

3. Gas Cair Hallon Free /AF 11 / Halotron 1
 

Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain :
  • Bukan penghantar listrik
  • Tidak merusak peralatan 
  • Non Toxic (tidak beracun)
  • Bersih tidak meninggalkan bekas.
  • Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
  • Penggunaan yang multi purpose (semua kelas kebakaran)
  • Bisa digunakan berulang-ulang 
  • Lebih tepat digunakan di dalam ruang

4. Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C. Sifat-sifatnya antara lain :

         Bersih tidak meninggalkan bekas.
         Non Toxic ( tidak beracun ).
         Bukan penghantar listrik.
         Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
         Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar.
         Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.
         Tekanan kerja sangat besar.

5. Racun Api Busa
 

Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.

6. Fire Sprinkler System

Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar.
 
8. Hydrant
 

Digunakan untuk jenis api kelas A dan B.


Secara ringkas, penggunaan media racun api berdasarkan klasifikasi bahan terbakar :


Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan Persyaratan dan Cara Pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) antara lain :
  • Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.
  • Jarak jangkauan maksimum 15 m.
  • Tinggi pemasangan maksimum 125 cm.
  • Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
  • Diperiksa secara berkala.
  • Bisa diisi ulang (Refill).
  • Kekuatan konstruksi terstandar.

Fasilitas yang harus dipunyai oleh laboratorium :
  • APAR 
  • Tangga darurat 
  • Ada sistem alarm seperti Heat detector, Smoke detector dan Flame detector (lidah api) 
  • Hydrant (Box hydrant) 
  • Baju tahan panas pelindung kerja lengkap tahan api 
  • Pintu tahan Api 
  • Jumping sheet 
  • Penangkal petir
Perhatikan juga jika masuk ke laboratorium atau gedung manapun, cobalah lihat dan cari tanda arah evakuasi ataupun pintu darurat. Biasanya ditunjukkan dengan papan nama 'pintu darurat' atau "exit" seperi gambar ini :


Usaha Preventif  Tanggap Kebakaran
  • Penyuluhan dan pelatihan tentang pemadam kebakaran 
  • Adanya SOP cara pengoperasian pada tabung pemadam 
  • Pastikan listrik/api telah padam sebelum meniggalkan laboratorium 
  • Usahakan bak kamar mandi selalu penuh

Bagaimana cara pelaksanaan pemadaman?
  • Selalu siap mental dan jangan panik 
  • Perhatikan arah angin (dengan melihat lidah api) 
  • Membelakangi arah angin menghindar dari sisi lain 
  • Semprotkan/arahkan pada sumber api 
  • Harus tau jenis benda yang terbakar 
  • Usahakan mengatur dan menahan nafas

Prosedur emergensi evakuasi seperti berikut :
  • Bunyikan / tekan alarm terdekat 
  • Keluar lewat pintu terdekat 
  • Berkumpul ditempat yang berjarak minimal 30 meter dari sumber kebakaran 
  • Beritahu petugas emergensi mengenai orang-orang yang ada didalam 
  • Beritahu petugas emergensi mengenai alasan pengosongan ruangan
  • Jangan masuk kedalam gedung lagi sampai dijinkan oleh yang berwenang

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)