Minggu, 16 November 2014

Praktikum Sederhana Reaksi Kimia



TUJUAN       :
untuk membuktikan reaksi dari asam lemah dan basa kuat menghasilkan gas karbon dioksida.

ALAT DAN BAHAN           :
1. botol kaca
2. balon karet
3. cuka / asam asetat (CH3COOH)
4. baking soda / natrium bikarbonat (NaHCO3)

PERSAMAAN REAKSI     :
CH3COOH (l) + NaHCO3 (s) à CH3COONa (aq) + H2O (l) + CO2 (g)
   asam lemah   +    basa kuat    à          garam          +     air      + karbon dioksida

DASAR TEORI        :
Percobaan ini mengilustrasikan reaksi antara asam lemah yaitu asam asetat dengan basa kuat yaitu natrium bikarbonat. Reaksi antara larutan asam dan larutan basa dapat menghasilkan garam dan air. Reaksi asam basa biasa disebut reaksi netralisasi, karena senyawa asam dan basa saling menetralkan. Reaksi asam dan basa juga menghasilkan garam sehingga reaksi asam dengan basa biasa disebut reaksi penggaraman.

PROSES        :
Proses yang dilakukan cukup sederhana yaitu dengan mencampurkan asam asetat dan natrium bikarbonat di botol kaca dan kemudian menutup botol kaca tersebut dengan balon karet.

Selasa, 21 Oktober 2014

Calibrating a Thermometer


Cara Kalibrasi Alat Ukur

Standar Operasional Prosedur (SOP) Kalibrasi Alat Laboratorium (Termometer)



Alat yang diperlukan
Termometer terkalibrasi disertai sertifikat.

Uji Operasional
Semua alat pengukuran harus dikontrol pada saat pertama beroperasi dan sesudah digunakan paling sedikit satu kali pertahun dengan menggunakan thermometer terkalibrasi. Pengujian harus dilakukan paling sedikit dengan satu nilai pada rentang temperature dimana alat dioperasikan. Untuk pengukuran pada temperatur kamar misal alat tersebut dicek pada 15 – 250C. suhu yang ditunjukkan oleh masing-masing termometer dicek oleh termometer terkalibrasi, dimana termometer-termometer tersebut dimasukkan kedalam lemari pendingin atau penangas air (water bath), sampai temperatur yang ditunjukkan oleh masing-masing termometer stabil paling sedikit dalam satu menit. Untuk pengukuran suhu udara dengan menggunakan termometer, hal berikut dianjurkan untuk memperlambat penunjukan suhu, tempelkan gabus atau kapas/wol pada ujung thermometer dan biarkan termometer kira-kira 1 (satu) jam untuk mencapai temperature yang diinginkan. Tergantung dari usilitas alat-alat pengukur maka kepala fasilitas pengujian atau penanggung jawab peralatan harus menentukan apakah penyimpangan temperature harus dicantumkan pada alat atau tidak.
Contoh pengujian menggunakan pengukuran 2 (dua) nilai :
Catatan pada pengukuran alat (sebagai koreksi)
- 0,3 pada 220C
- 0,2 pada 120C
Pada tanyangan menunjukkan : 19,70C
Temperatur yang sebenarnya adalah : ( tayangan - koreksi ) = ( 19,7 – 0,3 ) = 19,40C

Operasi
Pembacaan harus dilakukan secepat mungkin, setelah alat dipindahkan / diangkat dari
area pengukuran. Pembacaan minimum / maksimum yang tercatat dihapus (dengan menekan tombol) setelah didokumentasikan.

Rentang kerja yang diijinkan
Deviasi yang diijinkan pada termometer minimum / maksimum dari termometer kalibrasi, tidak boleh lebih dari 2,00C, deviasi dari termometer biasa (normal) tidak boleh lebih dari 10C, jika tidak ada nilai-nilai lainnya yang disimpan pada buku peralatan.

Pembersihan dan Perawatan
Sensor temperatur harus dibersihkan dengan solvent (pelarut) dan dibersihkan dengan air bebas mineral / aquadest, setelah digunakan.

Dokumentasi
Test-test operasional harus dicatat sebagai lampiran dalam buku peralatan (contoh:
Buku peralatan kulkas). Sebagai suatu alternatif, buku terpisah dapat dipakai untuk mencatat atas semua peralatan pengukur suhu yang terdapat di wilayah kerja tertentu. Dalam kasus ini, peralatan yang dimaksud harus diberikan label yang jelas. Selama test operasional, peralatan kalibrasi dan suhu terukur dan nilai aktualnya (jika ada deviasinya) harus didokumentasikan berbarengan dengan tanggal dan tanda tangan.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)

Rabu, 08 Oktober 2014

Asam Asetat Murni (CH3COOH) Material Safety Data Sheet (MSDS)

        A.   PENDAHULUAN
Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Panduan ini sebagai informasi bagi tenaga kerja laboratorium dan tim Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dalam pengunaan bahan-bahan kimia berbahaya yang sering digunakan dalam praktikum atau analisis. Informasi tersebut diharapkan berguna untuk menumbuhkan naluri atau sikap mencegah, menghindari dan mampu menanggulangi kecelakaan kimia yang mungkin terjadi, serta sikap kehati-hatian dalam menangani bahan kimia berbahaya.

        B.   PENGERTIAN DAN KONSEP
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalatselulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimiamaupun dari sumber hayati.

        C.   NAMA-NAMA ASAM ASETAT GLASIAL
1.   Acetic Acid (glasial)
2.   Asam metanoat
3.   Azunzuur
4.   Asam cuka (Vinegar)
5.   Essigsaure
6.   Acide acetque
7.   Acidium aceticum
8.   Ethanoic acid

        D.   PENAMAAN
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7 °C, sedikit di bawah suhu ruang.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalahAcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−. Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium (Ac).

        E.   PRODUKSI
Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.

        F.   CARA PEMBUATAN ASAM ASETAT GLASIAL
1.   Karbonilasi Metanol
      o   Dalam reaksi ini, methanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat.
      o  Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, reaksi ini melalui tiga tahap, dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
2.   Oksidasi Asetaldehida
      o   Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi Butana atau Nafta ringan, ketika dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, terbentuk Peroksida yang selanjutnya terurai menjadi Asam Asetat.
      o   Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat.

        G.   SIFAT FISIK DAN KIMIA
1.   Bentuk : Cairan
2.   Warna : Tidak berwarna
3.   Bau : Tajam
4.   Nilai pH (50g/l H2O) : (20oC) 2,5
5.   Kekentalan Dinamik : (20oC) 1,22 mm2/s
6.   Kekentalan Kinematik : (20oC) 1,77
7.   Titik lebur : (17oC)
8.   Titik didih : 116-118
9.   Suhu penyalaan : 485oC
10. Titik nyala : 39oC
11.  Batas ledakan : Lebih rendah 4 Vol%, lebIh tinggi 19,9 Vol%
12.  Tekanan uap : (20oC) 1,54 hPa
13.  Densitas uap relatif : 2,07
14.  Densitas : (20oC) 1,05 g/cm3
15.  Kelarutan dalam air : (20oC) Dapat larut
16.  Log Pow : -0,17
17.  Faktor Biokonsentrasi : 1
18.  Indeks Refraksi : (20oC) 1,37

        H.   PENYIMPANAN ASAM ASETAT GLASIAL
1.   Jauhkan bahan dari nyala api.
2.   Tutup wadah dengan rapat dan hati-hati bila membuka tutup wadah.
3.  Simpan dalam wadah yang kuat dan tahan bocor dalam ruangan yang berventilasi pada suhu diatas 16oC(titik beku).
4.   Jauhkan dari bahan inkompatibel: Oksidator (Kromat, Permanganat, Perklorat, basa kuat seperti NaOH dan logam).
5.   Simpan dalam area terpisah dan disetujui.
6.   Simpan wadah tertutup rapat dan disegel sampai siap untuk digunakan.
7.   Hindari semua sumber-sumber pengapian (percikan atau api)

        I.   STABILITAS REAKTIFITAS
1.   Kondisi yang harus dihindarkan yaitu pemanasan.
2.   Suhu < 0oC
3.   Bahan yang harus dihindari: Beresiko meledak dengan zat pengoksid.
4.   Reaksi yang hebat dapat terjadi dengan logam (Besi, Zinc, Magnesium)
5.   Dinyatakan meledak dengan udara dalam uap atu gas jika di panaskan.

        J.   IDENTITAS BAHAYA
1.   Dapat terbakar.
2.   Mengakibatkan luka bakar yang parah.
3.   Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan.
4.  Kadar yang tinggi dapat menyebabkan peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan pada paru-paru.
5.   Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kerusakan mata permanen.
6.   Bila tertelan dapat menyebabkan gangguan saluran usus.

        K.   BATAS PEMAPARAN YANG DIPERBOLEHKAN
Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
Di Indonesia, menurut SNI 19-0232-2005 NAB Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja ICS 13.040.30 Badan Standardisasi Nasional (BSN), Nilai ambang batas untuk zat kimia Asam asetat (64-19-7) mempunyai Bilai Ambang Batas sebesar 25 mg/m3 dan 10 bds (bagian dalam sejuta).

        L.   INFORMASI TOKSIKOLOGI (POTENSI EFEK KESEHATAN)
1.   Rute masuk: Terserap melalui kulit. Dermal kontak. Kontak mata. Inhalasi. Konsumsi.
2.   Efek jangka pendek (akut)
Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggookan. Kadar yang tinggi dapat menyebabkan peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan pada paru-paru. Jika terkena gas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh dengan kulit dapat menghasilkan luka bakar. Terhirup gas tersebut akan menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang pada mata ditandai dengan mata kemerahan, penyiraman, dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, merah pada kulit.
Efek Kesehatan Akut Potensi: Kulit: Sangat menjengkelkan dan korosif. Menyebabkan gangguan pada kulit (memerah dan gatal, peradangan). Dapat menyebabkan terik, kerusakan jaringan dan luka bakar. Mata: Sangat menjengkelkan dan korosif. Menyebabkan iritasi mata, lakrimasi, kemerahan, dan nyeri. Dapat menyebabkan luka bakar, penglihatan kabur, konjungtivitis, kerusakan kornea dan konjungtiva dan permanen cedera. Penghirupan: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan parah. Mempengaruhi organ arti (hidung, telinga, mata, rasa), dan darah. Dapat menyebabkan pneumonitis kimia, bronkitis, dan edema paru. Eksposur parah dapat menyebabkan jaringan paru-paru kerusakan dan korosi (ulkus) pada selaput lendir. Inhalasi juga dapat menyebabkan rhinitis, bersin, batuk, menindas perasaan dalam nyeri dada atau dada, dyspnea, mengi, takipnea, sianosis, air liur, mual, pusing, otot kelemahan. Tertelan: Cukup beracun. Korosif. Menyebabkan gangguan saluran pencernaan (pembakaran dan rasa sakit dari mulut, tenggorokan, dan perut, batuk, ulserasi, perdarahan, mual, kejang abdomial, muntah, hematemesis, diare. Juga dapat mempengaruhi hati (gangguan fungsi hati), perilaku (kejang-kejang, giddines, kelemahan otot), dan saluran kemih sistem - ginjal (hematuria, Albuminuria, nephrosis, gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut). Juga dapat menyebabkan dispnea atau asfiksia. Juga dapat menyebabkan syok, koma dan kematian.

3.   Efek Jangka panjang (kronis)
Iritasi pada hidung, tenggorokan, mata dan kulit, serta dapat menimbulkan erosi pada gigi.Berbahaya jika terjadi terkena kulit, tertelan, terhirup. Efek mutagenik: mutagenik untuk sel somatik mamalia, mutagenik untuk bakteri dan  ragi. Substansi mungkin beracun untuk ginjal, mukosa, selaput, kulit, gigi. Jika terkena zat ini secara berkelanjutan dapat merusak organ saraf. Terkena dalam waktu yang lama dengan  zat tersebut dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah, menyebabkan iritasi saluran pernapasan, menyebabkan serangan infeksi bronkus.
Efek Kesehatan kronis Potensi : Paparan kronis melalui konsumsi dapat menyebabkan menghitam atau erosi pada gigi dan rahang nekrosis, faringitis, dan gastritis. Ini mungkin juga perilaku (mirip dengan akut konsumsi), dan metabolisme (berat badan). Paparan kronis melalui inhalasi dapat menyebabkan asma dan / atau bronkitis dengan batuk, dahak, dan / atau sesak napas. Hal ini juga dapat mempengaruhi darah (leukosit menurun count), dan sistem kemih (ginjal). Kontak kulit berulang atau berkepanjangan dapat menyebabkan penebalan, menghitam, dan cracking kulit. Efek mutagenik: mutagenik untuk sel somatik mamalia. Mutagenik untuk bakteri dan / atau ragi. Dapat menyebabkan kerusakan berikut organ: ginjal, selaput lendir, kulit, gigi. Dapat mempengaruhi materi genetik dan dapat menyebabkan efek reproduksi berdasarkan data hewan. Tidak ada data manusia ditemukan.

4.   Keracunan untuk Hewan:
PERINGATAN : LC50 ATAS NILAI TERTERA DI BAWAH INI ADALAH ESTIMASI BERDASARKAN Sebuah SAMBUNGAN 4-JAM. Oral akut toksisitas (LD50): 3310 mg / kg [Tikus]. Toksisitas kulit akut (LD50): 1060 mg / kg [Kelinci]. Toksisitas akut dari uap (LC50): 5620 1 jam [mouse].

5.   Efek lain Beracun pada Manusia : Sangat berbahaya jika terjadi inhalasi (korosif paru). Sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), menelan. Berbahaya jika terjadi kontak kulit (korosif, permeator), kontak mata (korosif).

        M.   TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA
1.   Mata
Jika terkena mata segera siram dengan air bersih yang banyak dan mengalir sekurang-kurangnya selama 10 menit. kemudian hubungi petugas medis segera.
2.   Kulit
Jika terkena kulit, segera basuh kulit dengan air yang banyak dan mengalir sedikitnya selama 15 menit. Olesi dengan Polyethylene Glycol atau dapat menghubungi perawatan medis dengan segera. Jika terkena pakaian, segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi
3.   Terhirup
Jika terhirup, segera cari tempat yang mengandung udara bersih dan segar. Jika pingsan, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis perhatian segera.
4.   Tertelan
Diusahakan untuk tidak  memuntahkannya kecuali bila diarahkan oleh petugas medis. Berikan air minum yang banyak. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang pingsan. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.

        N.   KEBAKARAN DAN CARA PENCEGAHANNYA
1.   Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat juga dapat terbakar dilaboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-16%)Resiko yang khusus, mudah menyala, uap lebih berat dari pada udara.
2.   Uap asam asetat memungkinkan membentuk ledakan campuran dengan udara.
3.   Reaksi antara asam asetat dan bahan-bahan seperti 5-azidotetrazole, pentafluoride brom, kromium trioksida, hydrogen peroksida, kalium permanganate, atrium peroksida dan triklorida phorphorus.
4.   Tindakan pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan cara media yang cocok untuk pemadaman air, CO2, busa, Powder dan apabila memadamkan dengan air, cegahlah air pemadam kebakaran memasuki permukaan air tanah  karena mengandung uap yang keluar dari air.

        O.   TINDAKAN TERHADAP TUMPAHAN DAN KEBOCORAN
1.   Tumpahan kecil
Encerkan dengan air dan mengepel atau menyerap dengan bahan inert dan tempat kering dalam wadah pembuangan limbah baik. Jika diperlukan menetralisir residu dengan larutan encer natrium karbonat.
2.   Tumpahan besar
      o   Mudah terbakar cair, korosif cair. Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Hentikan kebocoran jika tanpa resiko.
     o   Jika produk dalam bentuk padat, gunakan sekop untuk menaruh materi ke dalam wadah pembuangan limbah nyaman.
      o   Jika produk dalam bentuk cair:
      §   Menyerap dengan bumi kering, pasir atau non materi yang mudah terbakar.
      §   Jangan sampai air dalam container.
      §   Menyerap dengan bahan inert dan menempatkan bahan yang tumpah dalam pembuangan limbah yang baik.
      §   Jangan menyentuh bahan tumpah.
      §   Gunakan air semprot tirai untuk menglihkan melayang uap.
     §   Mencegah masuk ke dalam selokan, ruang bawah tanah atau daerah terbatas. Tanggul jika diperlukan.
      §   Memnta bantuan bila dibuang.
      §   Menetralisir residu dengan larutan encer natrium karbonat.
    §   Perlindungan pribadi dalm kasus tumpahan besar dapat menggunakan splash kacamata, uap respirator, boots, sarung tangan dan sebuah alat bernafas mandiri contained harus digunakan untuk menghindri inhalasi produk.

        P.   TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
§   Jauhkan dari api dan sumber api.
§   Jangan ditelan. Jika tertelan, segera dapatkan saran medis dan tunjukan wadah atau label.
§   Pribadi perlindungan: Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) berupa splash kacamata, sintetis celemek, uap respirator, masker, boots, sarung tangan dan sebuah alat bernafas mandiri contained harus digunakan untuk menghindri inhalasi produk. Pastikan untuk menggunakan respirator yang disetuju/bersertifikat/setara. Sarung tangan (Tahan).
§   Tahan nafas jika berhadapan dalam bentuk gas/asap/uap/semprotan.
§  Jangan pernah menambahkan air pada produk ini. Dalam hal ventilasi cukup, pakai pernapasan yang sesuai eralatan.
§   Hindari kontak dengan kulit dan mata.
§   Jauhkan dari incompatibles seperti agen oksidasi, mengurangi agen logam, asam, alkali.
§   Rekayasa kontrol: sediakan ventilasi pembuangan atau kendali teknik lain.

        Q.   PEMBUANGAN LIMBAH
Metode pembuangan limbah:
1.   Buanglah sesuai dengana semua yang berlaku federal, Negara dan peraturan local.
2.   Selalu kontak pemelihara limbah diizinkan (TSP) untuk memastikan kepatuhan.

        R.   MANFAAT DAN KEGUNAAN
Asam asetat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia,tidak hanya itu asam asetat juga berperan dalam perindustrian dan kesehatan, yaitu:
1.  Dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman, pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, serta untuk menambah rasa sedap pada masakan.
2.   Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
3.   Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil. Sekitar larutan 12,5% untuk makanan.
4.   Reagen untuk analisa.
5.   Untuk membuat putih timbal, dll.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)

Sabtu, 20 September 2014

Selamat Menyaksikan :"(


Cara Penyimpanan Zat / Bahan Kimia

Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya yang banyak, bahan kimia juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang cukup tinggi. oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan bahan-bahan kimia diantaranya: wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat, label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat tersebut menguap.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Semua bahan harus diberi label secara jelas, dan untuk larutan harus dicantumkan tanggal pembuatannya.
Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari zat tersebut (padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan Basa), sifat bahaya zat (korosif, mudah terbakar, racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan. Sistem penyimpanan bahan-bahan kimia didasarkan pada bahan yang sering dipakai, bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai laboratorium, bahan yang berbahaya/racun, dan jumlah bahan yang dsimpan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat laboratorium, sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:

1.    Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2.    Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
3.    Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan daam botol gelap dan
       diletakkan dalam lemari tertutup.
4.    Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam botol
       berwarna bening.
5.    Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
6.    Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing bahan.
7.    Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar. Pengambilan bahan kimia dari
       botol secukupnya saja sesuai kebutuhan, dan sisa bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan
       dikembalikan ke dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk.

Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang baik adalah di ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Umumnya bahan kimia disimpan berdasarkan kelompoknya seperti rak atau lemari tempat menyimpan bahan padat, bahan cair, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam lemari tertutup, sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam rak terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuannya agar bila terjadi ketidakberesan mudah untuk diketahui. Tempat penyimpanan bahan cair seperti asam, kloroform sebaiknya di simpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya dapat disimpan dalam lemari tersendiri. Tujuannya bila terjadi kebocoran maka gas dapat langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Untuk lebih jelas berikut akan dibahas syarat-syarat dalam penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium:

1. Bahan mudah terbakar

Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena benda panas, terkena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) akan terbakar sendiri jika terkena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi menjadi 3 golongan:
    a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfide (CS2), eter                
        (C2H5OC2H5), benzena (C5H6), aseton (CH3COCH3).
    b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH),
        methanol (CH3OH).
    c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak lampu),        
        terpentin, naftalena, minyak baker.

Syarat penyimpanan:
    Ø   Temperatur dingin dan berventilasi,
    Ø   Tersedia alat pemadam kebakaran,
    Ø   Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.

2. Bahan mudah meledak

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ (E) dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:
       a. Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi dan                      hidrokarbon
       b. Karena ada gas-gas
       c. Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat            
           menimbulkan ledakan dahsyat
       d. Karena adanya pelarut mudah terbakar.
       e. Karena ada peroksida.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauhkan dari panas dan api
   Ø    Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan adalah:
   ·    Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
   ·    Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
   ·    Klorat dengan asam sulfat
   ·    Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
   ·    Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
   ·    Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
   ·    Nitrat dengan eter
   ·    Halogen dengan amoniak
   ·    Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
   ·    Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)

3. Bahan beracun

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin, sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauh dari bahaya kebakaran
   Ø    Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
   Ø    Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
   Ø    Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan

4. Bahan korosif

Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive (C)” adalah merusak jaringan hidup. Contoh asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Wadah tertutup dan beretiket
   Ø    Dipisahkan dari zat-zat beracun

5. Bahan Oksidator

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ”oxidizing (O)“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu).

Syarat penyimpanan:
   Ø    Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
   Ø    Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6. Bahan reaktif terhadap air

Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
   Ø    Jauh dari sumber nyala api atau panas
   Ø    Bangunan kedap air
   Ø    Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan reaktif terhadap asam

Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Ruangan dingin dan berventilasi
   Ø    Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
   Ø    Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hydrogen
   Ø    Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

8. Gas bertekanan

Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.

Syarat penyimpanan:
   Ø    Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
   Ø    Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
   Ø    Jauh dari api dan panas
   Ø    Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan. Penyimpanan bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan bahan.
Sumber-sumber kerusakan yang disebabkan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya meliputi:

1.    Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan.

2.    Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya
Usahakan semua bahan kimia dalam keadaan kering dan harus disimpan dalam tempat yang kering. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam yang sifatnya gas seperti asam klorida bersama udara akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam.

3.    Suhu/temperatur
Pengaruh temperatur akan menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia dan dapat mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga mengakibatkan hal yang serupa.

4.    Mekanik
Bahan-bahan kimia yang harus dahindari dari benturan maupun tekanan yang besar adalah bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).

5.    Cahaya/Sinar
Sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Seperti larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat.

6.    Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga yang dikenal dengan “segitiga api”. Komponen itu adalah adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar), adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Untuk menghindari terjadinya kebakaran salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya.

7.    Sifat bahan kimia itu sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)

Cara Mengatasi Tumpahan Bahan Kimia

Asam Anorganik 

Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaHCO3 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 (1:1). Campur dan bila perlu tambah air agar membentuk slurry. Buang slurry tersebut ke dalam bak pembuangan air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Tambahan pada asam sejumlah besar campuran NaOH dan Ca(OH)2 agar netral. Buang campuran tersebut ke dalam air yang sedang mengalir. Contoh: asam klorida, asam fluoride, asam nitrat, asam posfat, dan asam sulfat.

Basa Alkali dan Amonia 

Penanganan Bahan Tumpahan
Encerkan dengan air dan netralkan dengan 6M HCl, serap dengan kain atau pindahkan pada suatu wadah untuk dibuang.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan. Buang dalam pembuangan air basa. Contoh: amonia anhidrat, kalsium hidroksida, dan natrium hidroksida.

Bahan Kimia Oksidator 

Penanganan Bahan Tumpahan
Tumpahan zat padat atau cairan ditutup atau dicampur dengan reduktor seperti garam hipo, bisulfit, dan ferosulfat yang ditambah sedikit 3M asam sulfat. Pindahkan dalam suatu wadah dan netralkan sebelum dibuang lewat bak air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit, atau ferosulfat yang ditambah H2SO4). Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH atau HCl. Buang dengan banyak air. Contoh: amonium dikromat, amonium perklorat, amonium persulfat, dan asam perklorat.

Bahan Kimia Reduktor

Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup atau campur dengan NaHCO3. Biarkan reaksi selesai dan pindahkan ke dalam suatu wadah. Tambahkan kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2 perlahan-lahan. Tambahkan air dan biarkan reaksi selesai. Encerkan dan netralkan sebelum dibuang ke dalam air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Gasa (seperti SO2) : Alirkan ke dalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit.
Padat : Campur dengan NaOH (1:1), tambah air sampai membentuk slurry.
Tambahakan kalsium hipolorit dan air serta biarkan selama 2 jam. Netralkan sebelum dibuang ke dalam pembuangan air.
Contoh : natrium bisulfat, natrium nitrit, natrium sulfite, dan belerang oksida.

Sianida dan Nitril

Penanganan Baham Tumpahan
Sianida : serap cairan pada kertas bekas/tissue. Upakan dalam lemari asam dan bakar atau pindahkan ke dalam wadah gelas dan basahkan dengan NAOH dan aduk ke dalam slurry tambahan ferosulfat
berlebih. Setelah satu jam, dibuang ke dalam pembuangan air.
Nitril : Tambah NaOH berlebih dengan Ca(OCl)2 untuk membentuk sianat. Pindahkan ke wadah gelas dan buang kedalam pembuangan air setelah 1 jam bereaksi.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan  
Sainida : tambahkan bahan kedalam larutan basa dan kalsium hipoklorit berlebih. Biarkan 24 jam dan buang kedalam pembuangan air.
Nitril : tambahkan ke dalam NaOH alcohol untuk membentuk sianat, setelah 1 jam, uapkan alcohol. Tambah ke dalam residu sianat sejumlah larutan basa kalsiumhipoklorit berlebih. Setelah 24 jam buang kedalam pembuangan air.

Asam Organik

Penanganan Bahan Tumpahan
Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaOH atau NaHCO3. campur dan tambah air bila perlu. Pindahkan slurry untuk dinentralkan dan dibuang dalam bak pembuangan air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Bahan berupa cair atau padat dilarutkan kedalam pelarut organic yang mudah terbakar. Bakar dalam insenerator.
Contoh : asam asetat, asam benzoate, asam sitrat, asam formiat, asam oksalat,dan asam stearat.

Halida Asam Organik 

Pembuangan Bahan Tumpahan
Tutup dengan NaHCO3 dan pindahkan kedalam beaker glass serta tambah dengan air. Biarkan sebentar dan buang bersama dengan sejumlah air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Campurkan dengan NaHCO3 dalam wadah gelas atau plastik dan tambahkan air dalam jumlah banyak sambil diaduk. Buang kedalam bak air diikuti dengan banyak air.
Contoh : asetil bromide, asetil klorida, dan benzoil klorida

Aldehida

Penanganan Bahan Tumpahan
Sedikit : serap pada tissue dan uapkan dalam lemari asam serta bakar.
Banyak : tutup dengan NaHSO3, tambah air dan aduk. Pindahkan ke dalam beaker glass dan biarkan selama 1 jam. Buang dengan air dalam jumlah banyak.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Serap kedalam adsorbent, bakar secara terbuka atau dalam insenerator
2.Larutkan dalam aseton atau benzena, bakar dalam insenerator.
Contoh: asetadehida, akrolein, benzaldehida, kloral, formaldehida, furfural, dan paraldehida.

Halide Organic dan Senyawa

Penanganan Bahan Tumpahan
Hindarkan sumber api. Absorpsi kedalam kertas tisu. Masukan kedalam wadah gelas atau besi. Uapkan kedalam lemari asam dan bakar. Cuci wadahnya dengan sabun.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Tuangkan kedalam NaHCO3 atau campurkan pasir dengan NaOH aduk baik-baik dan pindahkan kedalam insenerator
2.Larutkan kedalam pelarut organik mudah terbakar (aseton, benzene). Bakar dalam insenerator.
Contoh : aldrin, klordan, dieldrin, lindane, tetraetilead, dan vinilklorida.

Asam Organik Tersubstitusi

Penaganan Bahan Tumpahan
Tutup tumpahan bahan dengan NaHCO3, pindahkan kedalam beaker glass dan tambah air. Biarkan reaksi selesai dan buang ke dalam bak air.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Tuangkan kedalam NaHCO3 berlebihan. Campurkan dan tambahkan air. Biarkan 24 jam setelah itu secara perlahan-lahan buang bersama sejumlah air, atau
2.Tuangkan kedalam absorben. Tutup dengan sisa kayu atau kertas, siram dengan alkohol bekas dan bakar, atau
3.Larutkan kedalam pelarut mudah terbakar atau sisa alkohol. Bakar dalam insenerator.
Contoh : asam benzene sulfonat, asam kloroasetat, asam trikloroasetat, dan asam fluoroasetat.

Amin Aromatik Terhalogensi dan Senyawa Nitro

Penanganan Bahan Tumpahan
Serap dengan kertas tisu. Uapkan dalam lemari asam dan bakar. Tumpahan dalam jumlah banyak dapat diserap dengan pasir + NaHCO3. Campur dengan potongan kertas dan bakar dalam insenerator.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Sepeti pada tumpahan banyak, atau
2.Dibakar langsung dengan insenerator dengan scrubber, atau
3.Campurkan dengan pelarut mudah terbakar (alcohol, benzene) dan bakar dalam insenerator 
Contoh : dinitroanilin, endrin, metal isosianat, nitro benzene, dan nitro fenol
 
Senyawa Amin Aromatik

Penanganan Bahan Tumpahan
Sedikit : serap dalam kertas tisu atau kertas biasa. Biarkan menguap dalam lemari asam, sisanya dibakar.
Banyak : tutup dengan campuran pasir dan NaOH. Aduk dan campur dengan potongan-potongan kertas dan bakar dalam insenerator.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Dapat dilakukan seperti pada tumpahan banyak.
2.Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alcohol, benzene) dan bakar dalam insenerator.
Contoh : aniline, benzidine (karsinogenik), dan pyridine.

Posfat Organik dan Senyawa Sejenis

Penaganan Bahan Tumpahan
saring dalam kertas tisu atau kertas bekas dan bakar.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Bakar langsung kedalam insenerator setelah dicampurkan dengan pasir dan dibasahi dengan pelarut organic yang mudah terbakar.
2.Campur dengan kertas bekas dan bakar insenerator dengan scrubber alkali.
Contoh: malation, metal parathion, parathion, dan tributilposfat.

Eter

Penaganan Bahan Tumpahan
Hilangkan semua sumber api. Serap eter kedalam tisu / kertas bekas. Uapkan sampai kering didalam lemari asam. Setelah uap hilang semua, kertas dibakar.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
1.Siramkan ke atas tanah yg terbuka. Biarkan proses penguapan dan bakar jarak jauh, dengan amat hati-hati, atau
2.Larutkan dalam alkohol lebih tinggi (butyl alcohol), benzene atau petroleum eter. Bakar dalam insenerator.

Perhatian
Eter yang sudah lama dapat mengandung peroksida yang dapat meledak. Oleh karna itu,dalam penanganannya botol-botol tersebut harus dimasukan dalam silinder pelindung yang dapat menahan bila terjadi peledakan.
Contoh : anisole, etil eter, dan metil eter 
 
Hidrokarbon, Alkohol, dan Ester

Penaganan Bahan Tumpahan
Bahan cairan diserap kedalam kertas. uapkan dalam lemari asam. dan bakar kertasnya. Bahan padatan ditaruh diatas kertas. Bakar dalam lemari asam.

Pembuangan / Pemusnahan Bahan
Campurkan bahan berupa cairan dengan pelarut yang lebih mudah terbakar. dan bakar cairan insonerator. Bahan berupa padatan dibakar bersama kertas dalam insonerator. Atau bahan padat dilarutkan dalam pelarut mudah terbakar dan dibakar dalam insenerator.
Contoh : antrasena, benzene, crude oil (minyak mentah), sikloheksan, fenol, toluene, dan metal akrilat.

SEMOGA BERMANFAAT, TERIMAKASIH :)